Gubernur NTB: Pasar Wisata Halal Harus Direbut

Salah satu ikon kepala daerah berusia muda. Menghormati senior, rendah hati menerima masukan, dan melibatkan publik dalam kebijakan adalah beberapa kiatnya menjaga mandat rakyat. Tengah gencar mengembangkan NTB sebagai pilar wisata halal dunia di Indonesia.

Rekrutmen kepala daerah lewat pilkada langsung makin banyak melahirkan pemimpin muda. Pilkada serentak terbaru, Desember 2015, pun memunculkan gubernur muda di Jambi dan sejumlah bupati muda. Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Muhammad Zainul Majdi, 44 tahun, saat pertama terpilih gubernur, pada 2008, juga tercatat sebagai geburnur termuda, pada usia 36 tahun.
Bedanya dibandingkan dengan kepala daerah muda lainnya, doktor bidang tafsir dari Universitas Al-Azhar, Mesir, ini teruji mampu memuaskan ekspektasi konstituennya, sehingga terpilih kembali untuk periode kedua, pada Pilkada 2013. Selain sukses secara politik sebagai gubernur, secara akademik sebagai doktor, Zainul yang bergelar Tuan Guru Bajang (ulama muda) ini, juga berhasil secara sosial dengan terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Wathan, ormas Islam terbesar di NTB, warisan kakeknya.
NTB pada 2015 lalu memenangkan dua penghargaan internasional di Dubai dalam bidang wisata halal. Lombok, yang berjuluk "Pulau Seribu Masjid", tempat ibu kota provinsi ini terus berbenah sebagai destinasi wisata berbasis syariah. Zainul merasa berhasil mematahkan mitos bahwa pariwisata tidak bisa dikembangkan di daerah mayoritas muslim.

Provinsi ini baru saja menjadi tuan rumah MTQ Nasional dan Konferensi Internasional Ulama, akhir Juli lalu. Di sela kesibukannya sebagai tuan rumah MTQ, Zainul menerima Asrori S. Karni dari Gatra. Ia bertutur banyak tentang kepemimpinan muda dan pengembangan wisata halal. Berikut petikannya:

Apa catatan pengalaman kepemimpinan yang penting dibagi pada para pemimpin muda lain di Indonesia?

Kepemimpinan bagi saya adalah integritas. Sistem sangat penting, tapi keteladanan pemimpin juga penting. Kedua, kepemimpinan adalah pengkhidmatan. Saya selalu teringat firman Allah, bahwa kita dihidupkan oleh Allah ini untuk diuji, siapa yang bisa berbuat terbaik. Tujuan hidup bukan mendapat jabatan tertinggi.

Kepemimpinan itu fungsi, bukan struktur. Dan hakikat fungsi kepemimpian adalah melayani. Teman muda yang mulai menapaki jalan kepemimpinan, dari awal agar menyadari bahwa kepemimpinan adalah penghidmatan. Ketiga, kepemimpinan harus efektif.\

Tuan Guru Bajang M. Zainul Majdi (Dok Humas NTB/AK9)

Apa kunci efektivitas kepemimpinan?
Memastikan keterlibatan masyarakat, dalam makna yang konkret, tidak hanya formal birokratik, seperti ada Musrenbang. Tapi juga harus dibangun secara kultural, memastikan masyarakat memiliki pemahaman yang sama bahwa program ini urgen. Kalau masyarakat tidak merasa dilibatkan, mereka bisa protes dan merasa program itu tidak dibutuhkan.

Agar efektif, program juga harus dipastikan kompatibel, adaptif, dan akomodatif dengan nilai yang diyakini masyarakat. Maka di NTB ini, kami mengembangkan muslim-friendly tourism. Dari pengalaman NTB, agar pembangunan berkelanjutan, setiap pembanguan besar harus punya perspektif lingkungan. NTB ini provinsi kepulauan dan pulaunya kecil-kecil. Harus lebih hati-hati dalam pemanfaatan sumber daya. Perspektif lingkungan itu penting.

Banyak pemimpin muda jatuh karena faktor integritas. Ada kasus korupsi atau belitan narkoba. Bagaimana kiat menahan godaan perusak integritas itu?

Faktor yang paling kuat menjaga integritas pribadi adalah agama. Saya yakin betul, kalau kita sadar Allah SWT selalu bersama kita, integritas bisa dijaga. Faktor penghayatan keagaman itu penting. Tentu tidak perlu kita kontradisksikan dengan ucapan sebagian kalangan, "Ah orang rajin salat, tapi juga korupsi." Parameter ketakwaan itu, dalam bahasa Imam Ghazali, attaqwa huwa al-muroqobah. Takwa itu sadar bahwa Allah selalu mengawasi secara dekat seperti teman.

Kedua, kita harus tahu diri. Manusia tidak bisa hidup sendiri dan melepaskan diri dari atribut dan relasi yang dimiliki. Baik keagamaan, keluarga, etnis, maupun relasi organisasi. Saya, misalnya, dalam konteks relasi agama, saya seorang muslim, masa begini. Saya keturunan orang baik-baik, kakek saya punya integritas luar biasa, saya pimpinan ormas Islam terbesar di NTB, saya orang Sasak, sistem nilainya bersumbu pada sejauh mana menjaga kehormatan, masa saya harus melakukan perbuatan tercela.

Berikutnya harus dibuat sistem yang baik. Dalam beberapa kasus, sistem yang baik bisa mendongkrak integritas kolektif. Ada satu dua orang yang integritasnya belum baik, ketika masuk dalam sistem yang baik, maka mereka akan terbawa dalam sistem yang baik itu. Sebaliknya, kalau sistem tidak baik, beberapa orang yang punya integritas baik, bisa terdorong melepas integritasnya yang baik. NTB salah satu provinsi yang rencana akasi daerahnya untuk pemberantasan korupsi dinilai paling maju oleh KPK.

Sistem seleksi politik kita makin membuka peluang munculnya pemimpin muda. Sisi lain, stok tokoh senior makin banyak karena usia produktif makin menua. Bagaimana kiat agar tidak terjadi gesekan pemimpin muda dengan dengan kalangan tua?

Bagi yang muda, hormati yang tua. Bentuknya macam-macam. Dalam kasus saya dulu, saat pertama jadi gubernur periode pertama, yang pertama saya lakukan adalah keliling ke seluruh NTB menjumpai para bupati, yang semuanya lebih tua dari saya. Bahkan ada yang mirip usia ayah saya. Saya tidak undang beliau-beliau, seperti biasanya gubernur gubernur baru dilantik.

Saya roadshow dari kabupaten paling ujung Timur, Kabupaten Bima. Saya bicara empat mata dulu dengan bupati, lalu digelar pertemuan dengan mengundang para camat dan para stakeholders. Saya datang sebagai gubenur, dan saya minta dinasihati, diberi masukan.

Berikutnya saya datang dengan agenda konkret. Saya identifikasi beberapa sektor pembanguan dasar yang perlu perhatian khusus. Saat itu soal pendidikan dan kesehatan. Kita analisis fiskal, tak bisa nih ditangani sendiri kabupaten. Dibuat pola cost-sharing, gubernur dan bupati saling membantu.

Pemimpin muda harus menghormati yang tua, rendah hati, dan sering bersilaturahim langsung. Harus membuka pintu untuk selalu menerima.Pendekatan terhadap seseorang tidak boleh secara struktural. Mungkin ini khas NTB. Juga mungkin karena saya orang yang lahir dari pesanten.

Apa tradisi pesantren yang mewarnai kepemimpinan Anda?

Tradisi pesantren itu sangat tidak struktutal. Institusi paling egaliter itu pesantren, bisa canda dengan kiai, anak kiai bisa tidur bersama santri, cari belut bersama, masak bersama santri lain. Interkasi akrab ya di pesantren. Cium tangan dengan kiai itu penghormatan kultural, bukan feodal struktural.

Saya tidak pernah berpikir struktural. Saya tak pernah merasa gengsi telepon bupati dan wali kota minta nasihat. Karena itu, kami di NTB hampir tak ada masalah dengan konflik kewenangan provinsi dan kabupaten/kota.

Ada yang mengeluhkan, bupati seperti raja-raja kecil, saya tidak merasakan itu. Ini kan ada arus balik otonomi di kabupaten yang sebagian ditarik ke provinsi. Kami bukan seneng, malah pusing, karena membutuhkan daya dukung baru. Saya tidak merasa kekurangan kewenangan. Melaksanakan yang ada saja sudah menyita waktu. 

NTB dapat dua penghargaan dunia bidang wisata halal. Dibandingkan dengan beberapa provinsi lain, NTB terhitung terdepan dalam pengembangan wisata halal. Ini jadi inspirasi untuk pengembangan lebih lanjut?

Wisata halal di Indonesia masih tertinggal. Jangankan dibandingkan dengan Malaysia yang sudah mapan, bahkan dibandingkan Jepang, Singapura, Korea, Thailand, dan Taiwan kita masih di belakang. Ada pandangan, wisata halal ini bentuk radikalisme, ekslusivisme, saya kira ini orang kurang bacaan, kurang piknik. Pangsa pasar muslim travelers sudah sekian puluh milyar dolar. Tanpa harus jadi negara mayoritas muslim, segmen itu harus diambil.

Spending wisatawan dari negara-negara muslim di Timur Tengah itu lebih banyak dari kawasan lain. Mereka belanja lebih banyak, rombongan lebih besar dan tinggal sering lebih lama, mengapa tak kita tarik.

Di balik penghargaan dari Dubai sebagai destinasi halal terbaik dan destinasi bulan madu halal terbaik itu, NTB sudah melakukan apa?

Saya agak malu-malu harus mengatakan, bahwa saya belum berbuat apa-apa. Saat itu kita baru melakukan penataan dan sosialisasi awal. Ada sertifikasi hotel dan restoran, menyiapkan sarana pendukung, ada petunjuk dalam bahasa Arab, tapi juga belum lengkap.

Syukurnya, rata-rata para pelancong dari Timteng, para muslim travelers, yang menjadi sasaran angket, mereka rasakan Lombok ini sudah muslim-friendly, sudah merasa nyaman. Kita kaget juga. Sekaligus ini jadi motivasi.

Konferensi internasional oleh Rabithah di Lombok (bersamaan MTQ),  juga bagian kriteria muslim-friendly tourism. Kami ingin Lombok menjadi tempat yang dipertimbangkan para penyelenggara konfrensi pertemuan dari negara-negara Islam. Di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Lombok, dari seribuan hektar, disiapkan 250 hektar jadi kawasan muslim-friendly tourism, kalau itu jadi, nilai lebih Lombok akan makin banyak. 

Pembukaan MTQ 2016 di Lombok (GATRAnews/Humas NTB)

Dapat the best halal honeymoon destination, apa yang khas di NTB untuk pengantin?

NTB salah satu sedikit tempat yang punya tempat wisata dari puncak gunung sampai dasar laut, dan mudah dijangkau dalam waktu cepat. Hari ini Anda di Puncak Rinjani, besok sore menyelam di Gili Trawangan. Itu kelebihan NTB. Mungkin ada daerah lain, hari ini ke puncak gunung, baru seminggu lagi ke pantai yang indah. Tak hanya kelengkapan destinasi di sini, tapi juga keterajangkauan. Itu eksotisme Lombok.

Wisata halal ini mengembangkan sarana standar yang sudah ada, ditambahi aja. Kamar hotelnya tetap, ditambahi koleksi Al-Quran, arah kiblat, disiapkan sajadah, tempat wudu yang gampang. Yang boleh tidur di situ siapa saja. Cuma kalau non-muslim, dia tak pakai sajadah dan sarana ibadah lainnya.

Kita malah banyak santri yang pandai bahasa Arab. Ini daya dukung tambahan. Eksperimen pariwisata di NTB mematahkan mitos bahwa pariwisata tak akan berkembang baik di daerah yang mayorita muslim.

Di sebagian kawasan beragama kuat, pengembangan wisata rentan menuai resistensi. Muncul aksi sweeping dan semacamnya.

Penghayatan keberagamaan umat Islam NTB sangat dewasa. Mereka memahamai bahwa beragama adalah masalah pilihan, tidak ada pemaksaan. Tak ada sweeping atas nama siapa pun. Dan itu memang tidak terpikir.

Islam di sini basisnya pesantren. Genealogi keilmuan Islamnya ke Makkah, Madinah, dan Kairo. Islam di sini ahlussunnah wal-jamaah, bukan Wahabi. Itu jelas. Islam ahlussunnah itu dikembangkan di pesantren, majelis taklim, dan diamalkan secara kolektif.

Kalau ada praktek sosial yang bertentangan dengan agama, itulah objek dakwah yang didakwahi secara persuasif. Lihat pembukaan MTQ, saya ketemu kafilah dari Jawa Tengah, yang bilang, inilah pembukan MTQ yang paling Indonesia.

Sumber: GatraNews

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.